Metanoiac Self-Healing (MSH) bukan sekadar perjalanan mengenal diri, tetapi perjalanan untuk menemukan kembali Allah di dalam setiap peristiwa hidup.
Saya semakin menyadari satu hal penting: ketika Allah mengangkat kita tinggi, lalu menjatuhkan kita kembali, sesungguhnya itu bukan bentuk hukuman. Itu adalah panggilan untuk kembali bersujud, agar kita sadar siapa sebenarnya yang berkuasa atas segalanya.
Allah ingin kita kembali menunduk, kembali meminta, kembali mengakui bahwa kita ini kecil dan lemah tanpa-Nya. Dan ternyata, di titik sujud itulah semua solusi mulai terbuka.
Ketika saya belajar untuk taat, ketika saya mulai menomorsatukan Allah di atas segala hal — masalah demi masalah perlahan terasa ringan. Bahkan saya menyadari bahwa sumber rezeki sejati bukan dari kerja keras semata, tapi dari pertolongan Allah.
Saya pernah mengalami masa sulit saat harus melunasi utang riba. Tidak ada dana yang cukup, dan secara logika, mustahil bisa terselesaikan. Tapi saya berhenti mengandalkan manusia, saya berkata, “Ya Allah, tolong tunjukkan jalan untuk melunasi riba ini.”
Subhanallah, dalam waktu hanya dua minggu, Allah bukakan jalan rezeki yang tidak pernah saya duga. Utang itu lunas.
Saat itu saya benar-benar memahami — kita tidak butuh siapa-siapa selain Allah. Segala kemelekatan terhadap dunia, bisnis, atau apapun yang kita anggap “sumber kekuatan”, ternyata hanyalah fatamorgana.
Kita harus kembali melekat hanya kepada Allah, meneladani Rasulullah yang seluruh hidupnya adalah bentuk cinta dan ketaatan sempurna.
Dan saya belajar, ketika kita taat, Allah akan ridha.
Ketika Allah ridha, hidup kita akan berkah dan keberkahan itu ternyata berawal dari mindset — bagaimana kita berpikir, merasa, dan berprasangka kepada-Nya.
Dua hal besar yang kini saya pegang erat sebagai pengusaha berdasarkan pembelajaran di MSH adalah azzam dan tawakal. Azzam adalah kekuatan niat di bumi, tawakal adalah keikhlasan yang menembus langit. Keduanya hanya bisa berdiri di atas iman yang kokoh.
Saya pernah berpikir bahwa bisnis adalah segalanya — hingga Allah mengambil satu persatu pencapaian yang diraih dalam bisnis, sempat rapuh, sempat lemah, namun dalam MSH kembali diingatkan oleh Bunda Dewi sang fasilitator bahwa
Allah cemburu, karena saya terlalu menuhankan bisnis, bukan menuhankan-Nya.
MasyaAllah… betapa lembutnya cara Allah mengajari saya.
Dia jatuhkan agar saya bisa sujud.
Dia ambil agar saya bisa kembali meminta.
Dan insya Allah Allah akan memberi kembali dengan keberkahan yang luar biasa jika segala pencapaian baru kelak berdasarkan niat karena Allah saja, untuk Allah, dan selalu Allah.
Ya Allah, terima kasih untuk segala hal baik.
Terima kasih untuk setiap jatuh yang membuatku sujud,
untuk setiap kehilangan yang menumbuhkan iman,
dan untuk setiap tanda cinta yang Kau selipkan dalam ujian. Kini, saya hanya ingin menjadi sebaik-baiknya umat, sebaik-baiknya hamba yang Engkau cintai.


