Pertemuan saya dengan Pak Putra bermula di Business Network International (BNI), sebuah wadah di mana para pebisnis bukan hanya membangun relasi, tetapi juga memperkuat nilai kolaborasi dan kepercayaan.
Dari beberapa kali pertemuan online hingga akhirnya kami melakukan sesi one-to-one, saya semakin mengenal sosok beliau yang luar biasa visioner.
Dalam satu sesi one to one, Pak Putra bercerita tentang bisnis yang ia jalankan di bidang assessment, certification, dan training service, yang dikemas dengan konsep unik seperti lapisan burger—ada bread, cheese, dan meat seperti yang diajarkan oleh komunitas kami, BNI.
Tiap lapisan menggambarkan layanan yang menyeluruh: mulai dari self-learning dan e-documentation (bread), sertifikasi dan pelatihan ISO (cheese), hingga layanan assessment dan software provider (meat). Semua terstruktur rapi dan berorientasi pada peningkatan kualitas perusahaan.
Namun yang paling menginspirasi saya bukan hanya sistem bisnisnya yang matang, tetapi semangat beliau untuk terus belajar dan menulis. Dari obrolan ringan, Pak Putra yang awalnya bergabung di kelas penulisan INDSCRIPT dengan judul Mendidik Gen Z dan bersemangat sekali memasarkan buku ini menceritakan proses penulisan buku solonya.
Menariknya lagi, buku solo beliau berasal kumpulan tulisan yang beliau simpan di saluran whatsapp dimana beliau menulis bukan sekadar menyalin pengalaman orang lain, tapi menuliskannya kembali dengan rasa—rasa pengalaman, pemahaman, dan hikmah yang ia alami sendiri.
Saluran WhatsApp menjadi cara beliau berbagi rasa tersebut. Tulisan-tulisannya, yang menjadi sarana dakwah dan edukasi. Luar biasa!
Ketika bisnis dijalankan dengan niat lillah, ilmu terus dikembangkan, dan tulisan menjadi media dakwah, maka di situlah keberkahan sesungguhnya hadir.
