Hari ini saya merasa begitu bersemangat. Bukan karena agenda besar atau proyek baru, tapi karena momen sederhana di depan rumah — tempat anak-anak di sekitar bermain sepak bola.
Sejak awal, saya memang ingin INDSCRIPT bukan hanya mendampingi orang dewasa dalam menulis dan berbisnis, tapi juga membangun generasi muda yang beradab. Maka, ketika anak-anak bermain bola di depan rumah, saya tidak melarang mereka. Saya justru ingin menjadikan momen itu sebagai bagian dari proses pendidikan adab.
Saya bilang pada mereka, “Bunda senang kalian aktif, main bola sepuasnya boleh kok. Tapi ada tiga hal penting yang harus kalian jaga.”
Pertama, jaga lisan. Tidak boleh ada kata-kata kasar keluar dari mulut.
Kedua, jaga sikap. Bola tidak boleh mengenai rumah atau pagar orang lain, apalagi memanjat pagar untuk mengambilnya. Itu bukan adab yang baik.
Ketiga, jaga waktu. Saat azan maghrib berkumandang, saatnya berhenti bermain. Waktunya mandi, beribadah, dan berkumpul dengan keluarga.
Setiap hari saya dampingi mereka, bukan sebagai pengawas, tapi sebagai teman yang peduli. Kadang kalau selesai bermain dengan tertib, saya traktir mereka es krim. Dan di situlah letak kehangatan itu tumbuh — mereka tidak hanya melihat saya sebagai “ibu yang menegur,” tapi juga “teman yang sayang.”
Alhamdulillah, perlahan-lahan anak-anak mulai terbiasa. Mereka tahu, di area depan rumah, ada aturan adab yang harus dijaga. Mereka belajar menghormati fasilitas umum, saling menjaga, dan bertanggung jawab atas kebersamaan.
Saya tahu, anak-anak ini tidak punya banyak ruang bermain. Maka saya tidak ingin mengambil kebahagiaan itu. Saya hanya ingin memberi arah — bahwa bahkan dalam bermain pun, adab harus menjadi pondasi.
Karena sejatinya, mendidik adab bukan tentang melarang, tapi tentang menemani dengan cinta dan keteladanan.
