Tidak ada kata terlambat untuk belajar AI. Kalimat itu bukan hanya motivasi, tapi sebuah kenyataan yang saya lihat sendiri setiap hari di INDSCRIPT.
Saya sering menemui banyak orang yang berkata,
“Aduh, usia saya sudah tidak muda lagi. Sudah terlambat untuk belajar teknologi seperti AI.”
Tapi setiap kali saya mendengar kalimat itu, saya justru tersenyum. Karena saya tahu — tidak ada yang benar-benar terlambat selama seseorang masih punya kemauan untuk belajar.
AI bukanlah dunia yang hanya milik anak muda. AI adalah alat bantu, seperti sahabat baru yang siap berdialog, membantu, dan tumbuh bersama siapa pun yang mau membuka diri.
Di INDSCRIPT, kami mendampingi banyak orang yang awalnya merasa ketinggalan zaman, merasa gaptek, bahkan takut memulai. Tapi dengan metode pembelajaran yang menyesuaikan usia dan gaya berpikir, mereka akhirnya bisa menikmati proses belajar AI dengan nyaman.
Salah satu contoh yang paling menginspirasi saya adalah Ibu Arie Widowati, seorang perempuan berusia 63 tahun.
Beliau datang ke rumah saya, lalu saya ajarkan secara singkat bagaimana cara menggunakan AI. Hanya satu kali pertemuan — dan setelah itu, beliau langsung bisa menggunakannya.
Sekarang, beliau bahkan menjadi penulis yang sangat produktif dengan bantuan AI.
Beliau berkata, “Ternyata AI itu seru banget, Bu Indari.”
Dan dari sana saya semakin yakin, AI akan menjadi lebih mudah jika kita memanusiakannya.
Gunakan AI seperti kita sedang berdiskusi dengan sahabat baik — jujur, terbuka, dan berkelanjutan. Lama-lama, AI akan belajar mengenali gaya kita, memahami kebutuhan kita, dan membantu kita secara personal.
Program pendampingan seperti ini banyak diminta oleh mereka yang berasal dari generasi Baby Boomers — yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1946–1964, yang tumbuh dalam masa transisi besar dari dunia analog ke digital. Generasi yang tangguh, pekerja keras, dan kini membuktikan bahwa mereka pun bisa beradaptasi dengan teknologi modern.
Kini, saya pun sering diminta mengajar secara privat oleh para Baby Boomers ini.
Bagi saya, ini adalah anugerah — karena kemampuan beradaptasi dengan AI bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk ditularkan agar semakin banyak orang yang tumbuh bersama dalam perubahan zaman.
AI bukan tentang siapa yang paling muda, tapi tentang siapa yang paling mau belajar.
