Infoindscript.com – Rangkasbitung, 29 September 2025
Salah satu kebahagiaan terbesar orang tua adalah mendengar anak mereka mengucapkan kata-kata pertama, atau melihat mereka melangkah pertama kalinya. Masalah bahasa lisan atau pemahaman dapat menjadi sumber frustasi yang signifikan bagi anak dan orang tua. Beberapa orang tua menunda untuk mengatasi masalah ini, berharap anak mereka pada akhirnya akan mengikuti. Namun, jika gangguan bahasa anak berlanjut hingga usia sekolah. Hal ini dapat menyebabkan masalah sosial dan akademis.
Menciptakan lingkungan yang kaya bahasa dan komunikasi bisa mendorong perkembangan keterampilan berbicara dan berbahasa pada anak usia dini. Meskipun memiliki sistem pendukungan yang kuat dirumah, mungkin anak-anak tidak bisa mengembangkan keterampilan komunikasi dalam tentang waktu yang sama dengan teman sebayanya. Anak laki-laki hampir dua kali mungkin lebih saat mengalami gangguan komunikasi dibandingkan anak perempuan. Gangguan komunikasi yang paling tinggi bisa terjadi pada anak diusia 3-6 tahun, sehingga mengatasi masalah bahasa sejak dini sangatlah penting.
Apa itu Gangguan Bahasa Reseptif?
Bahasa reseptif didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami bahasa, gangguan bahasa reseptif adalah gangguan pemahaman bahasa tulisan, lisan, dan gestur. Anak-anak dengan gangguan bahasa reseptif dapat mengalami kesulitan dengan salah satu keterampilan antara lain:
- Memahami instruksi lisan
- Menjawab pertanyaan sederhana atau kompleks
- Pemahaman membaca
- Bergantian saat berbicara
- Memahami kalimat yang rumit
- Memahami perspektif orang lain
Anak dengan gangguan bahasa reseptif akan mengalami kesulitan mengikuti arahan atau memahami bahasa yang tertulis. Kesulitan memahami bahasa dapat mempengaruhi cara anak berinteraksi sosial, dan mempengaruhi keberhasilan akademisnya.
Indikator Gangguan Bahasa Reseptif pada Anak
Beberapa indikator yang menunjukkan gangguan bahasa reseptif pada anak, antara lain:
- Anak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi, bahkan instruksi yang sederhana bagi anak lain tidak terlalu sulit untuk dipahami.
- Mengalami hambatan dalam mengikuti cerita atau percakapan, kesulitan ini dapat berupa tidak memahami apa yang sedang diceritakan. Dan bisa berupa ketidakmampuan dalam memahami urutan cerita.
- Mengalami kesulitan dalam memahami bahasa nonverbal. Anak tidak bisa memahami bahasa nonverbal seperti ekspresi wajah, tarikan napas, deheman, atau gerakan tubuh.
Apa itu Gangguan Bahasa Ekspresif?
Bahasa ekspresif didefinisikan sebagai cara anak menggunakan kata-kata untuk mengomunikasikan pikiran atau ide. Anak-anak dengan gangguan ekspresif mungkin akan mengalami kesulitan dengan salah satu keterampilan adalah sebagai berikut:
- Penggunaan kosakata (menggunakan kata-kata seperti “benda” atau “barang”)
- Menceritakan sebuah cerita secara berurutan dari awal sampai akhir
- Merangkai kata-kata yang panjang atau kompleks
- Mengingat kata-kata
- Membuat kalimat dengan tata bahasa yang benar
- Menyampaikan konsep dengan jelas
Ketika seorang anak memiliki gangguan bahasa ekspresif, mereka akan mengalami kesulitan berbicara atau menulis. Terkadang anak-anak dengan gangguan bahasa ekspresif bisa menghilangkan kata-kata dalam kalimat, kesulitan memikirkan kata yang tepat, mencampuradukkan tenses kata, atau menyusun kata dalam kalimat dengan urutan yang salah.
Indikator Gangguan Bahasa Ekspresif pada Anak
Beberapa indikator yang menunjukkan gangguan ekspresif pada anak antara lain:
- Lambat berbicara (speech delay)
- Tidak mampu menyampaikan informasi
- Gugup saat berbicara
- Mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang lengkap dengan struktur bahasa yang tepat
- Sering mengucapkan kata frasa dengan berulang-ulang
- Kosakata yang dipahami sangat terbatas, sehingga anak kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal maupun tulisan
Penyebab Gangguan Bahasa Reseptif dan Ekspresif pada Anak
Penyebab gangguan bahasa reseptif atau ekspresif pada anak bervariasi dan kompleks, antra lain:
- Gangguan perkembangan: Ada anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa tanpa penyebab yang jelas.
- Faktor lingkungan: Lingkungan yang kurang stimulatif, kurang interaksi verbal, atau tekanan sosial dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak.
- Gangguan emosional atau stres: Faktor emosional atau stres bisa mempengaruhi perkembangan bahasa ekspresif. Misalnya, anak yang mengalami trauma tertentu.
- Gangguan kesehatan dapat mempengaruhi perkembangan berbahasa pada anak.
- Gangguan perkembangan otak: Tidak normal dalam perkembangan otak dapat berdampak dengan keterampilan berbahasa pada anak.
- Tingkat intelektual yang rendah: Banyak anak dengan kecerdasan yang rendah mengalami masalah dalam bahasa reseptif dan ekspresif.
Penutup:
Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak adalah masalah komunikasi di mana anak mengalami kesulitan berbicara dengan orang lain, mengungkapkan perasaan dan pikiran secara lisan atau tertulis. Gejalanya bisa beragam, mulai dari kesulitan memahami instruksi hingga kosakata yang terbatas dan kesulitan membentuk kalimat. Gangguan ini dapat mempengaruhi kecerdasan anak, namun dengan penanganan dini melalui terapi wicara, anak dapat belajar komunikasi secara efektif.