11.7 C
New York
Kamis, Oktober 9, 2025

Buy now

spot_img

Bank Sampah Bersinar Terus Berkolaborasi Untuk Bumi

Hari ini, Bank Sampah Bersinar bersama Sekolah Perempuan Indonesia menghadiri Undangan Inisiasi Implementasi Ekosistem Ekonomi Sirkular Pembangunan Kota-Kota Berkelanjutan yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Seminar ini menjadi ajang penting—bukan hanya paparan ilmu, tetapi juga temu-pertemuan strategis antara para pemangku kebijakan, akademisi, komunitas, dan praktisi lapangan.

Dalam forum ini berlangsung diskusi kolaboratif yang hangat, saling berbagi pengalaman, dan ditutup dengan kesimpulan bersama: bahwa sudah saatnya semua pihak bergerak lebih serius dalam implementasi ekonomi sirkular.

Praktik terbaik dari Denmark juga dipaparkan, memberikan benchmark bagaimana sebuah negara mampu mengolah sampah hingga bernilai tinggi dan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. Indonesia pun memiliki peluang besar untuk mengikuti jejak tersebut, dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat.

Namun, tantangan kita juga nyata. 90% sampah di Indonesia tidak bisa didaur ulang, dan 76% menyumbang karbon. Dengan 343 kabupaten dan kota, dibutuhkan pendekatan komprehensif. Ekonomi sirkular hadir sebagai jawaban, menekankan pengurangan sampah ke TPA, pembangunan berkelanjutan, hingga target zero emission.

Dalam kesempatan ini, kami juga bertemu dengan Ibu Yussy, penggerak Bank Sampah Induk Sukabumi yang berhasil meningkatkan jumlah nasabah dari 25 menjadi 300 melalui program inovatif:
1. SMS (Sukabumi Memilah Sampah)
2. Sakabakaba (Satu Keluarga Bersih dan Asri Karena Bank Sampah)

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa tantangan seperti rasa gengsi dan malas di masyarakat bisa diatasi melalui pendampingan intensif, program decluttering, hingga edukasi recycle.

Namun, kami juga melihat bahwa peraturan terkait pengelolaan sampah sebenarnya sudah cukup banyak. Tantangan terbesar adalah implementasi.

Dari sisi kami sebagai pejuang Bank Sampah, dibutuhkan monitoring yang lebih nyata—dimulai dari level paling rendah, yaitu RT, kemudian RW, hingga kelurahan.

Di tingkat RT inilah bisa dijalankan dua hal penting: edukasi dan sanksi. Sanksinya tidak perlu berat, cukup dengan aturan sederhana seperti yang pernah diterapkan di Bandung: ketika sampah tidak dipilah atau tidak dikelola dengan benar, maka sampah tersebut tidak akan diambil (walaupun ini pernah dilakukan namun tidak berlangsung lama sebab minimnya mentoring). Langkah ini terbukti efektif sebagai bentuk monitoring agar kebijakan benar-benar berjalan.

Bagi Bank Sampah Bersinar, momentum hari ini adalah langkah besar. Kami bukan hanya mendapatkan ilmu dan inspirasi, tetapi juga networking baru dengan berbagai pemangku kepentingan. Banyak potensi kolaborasi yang terbuka, dan kami siap menjadi bagian dari gerakan nasional pejuang sampah.

Saat ini, fokus kami tetap pada pembangunan Bank Sampah Unit dan Bank Sampah Induk, serta program Bank Sampah Bersinar Goes to School dengan target 1.000 sekolah menjadi mitra kami.Melalui sekolah, kami ingin menanamkan kesadaran sejak dini bahwa sampah adalah bagian dari ekonomi sirkular, sumber nilai tambah, sekaligus jalan menuju masa depan berkelanjutan.Hari ini menjadi bukti, bahwa dengan regulasi yang ditegakkan, monitoring yang jelas, serta kolaborasi semua pihak, sampah bukan lagi sekadar masalah, melainkan peluang besar menuju keberkahan dan keberlanjutan.

Lahirnya program Bank Sampah Bersinar Goes to School karena kami percaya, ketika sekolah dirangkul, maka sekolah akan merangkul rumah tangga karena fakta yang tak bisa dipungkiri, 50% sampah dihasilkan oleh rumah tangga. Karena itu, kami memutuskan untuk memulai perubahan dari anak-anak.

Edukasi sejak dini bukan hanya mengajarkan teori, tetapi juga menggerakkan aksi nyata bersama sekolah. Anak-anak yang paham tentang pengolahan sampah akan membawa perubahan itu ke rumah masing-masing, menginspirasi keluarga, dan akhirnya mengurangi beban sampah rumah tangga secara signifikan.

Bank Sampah Bersinar tidak lagi berdiri sendiri. Hari ini, kami menjadi bagian dari jaringan kolaboratif yang lebih luas, membuka pintu untuk setiap individu, sekolah, komunitas, maupun lembaga yang ingin bergerak bersama.

Mari jadikan langkah kecil ini sebagai gelombang perubahan besar. Bersama, kita bisa menjadikan sampah bukan lagi masalah, tapi sumber berkah dan keberlanjutan untuk bumi.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles