Alhamdulillah, Masya Allah…
Tadi malam saya ikut menyimak tiga kisah dari para penulis buku “Saat Aku Tahu Allah Tak Pernah Pergi.”
Hanya tiga kisah, tapi hati saya terasa diguncang, jiwa saya tersentuh begitu dalam.
Ibu Lucya, dibesarkan seorang ibu tunggal bersama lima saudara. Hidup penuh ujian, tapi pertolongan Allah nyata setiap langkahnya. Bayangkan, di tengah segala kesulitan, beliau bisa menyaksikan saudara-saudaranya termasuk dirinya bisa menembus kedokteran. Tidak terbayang ibunya sebagai ibu tunggal bisa mengantarkan mereka hingga ke titik itu.
Hingga perjalanan ibunya yang sakit kritis pun beliau ulas, terutama saat mendampingi sang ibu melakukan perawatan berkala ke rumah sakit. Pengalaman ini membuat Bu Lucya bertekad untuk hidup lebih sehat agar tidak menerima warisan penyakit kritis dari keluarganya.
Kini, di usia 60 tahun lebih, beliau tetap sehat, bahkan masih mampu mendaki gunung. Siapa yang memapahnya kalau bukan Allah?
Ibu Anggar, seorang istri yang kehilangan suami tercinta secara tiba-tiba. Dunia runtuh, jiwa seakan mati. Tapi Allah kirimkan sahabat-sahabat yang menguatkan, hingga beliau kembali menemukan arah, kembali bangkit dengan izin Allah.
Ibu Lela, seorang hamba yang terus berjuang menuju taat. Godaan dunia tak pernah berhenti, tapi beliau tetap berpegang pada cahaya iman, melangkah meski tertatih. Karena ia yakin: Allah selalu ada.
Tiga kisah ini saja sudah membuat air mata menetes, hati terguncang. Lalu bagaimana dengan 46 kisah lainnya?
Mana yang paling mirip dengan kisah Anda?
Mana yang akan menyentuh relung hati Anda dan membuat Anda tersadar… bahwa Allah tidak pernah pergi, hanya kita yang sering lupa?
📖 Buku ini bukan sekadar cerita, tapi undangan untuk kembali. Untuk sadar bahwa hidup ini terlalu singkat… jika dilalui tanpa Allah.
