Pertanyaan ini muncul ketika kami membuat puisi dengan tagar Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera dan Indonesia Maju. Tagar-tagar tersebut menjadi cerminan harapan besar bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas pada tahun 2045, yang kini menjadi agenda utama dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Di dalamnya terkandung lima sasaran utama yang harus dicapai untuk mewujudkan Indonesia Maju, yang diukur melalui sejumlah indikator kemajuan. Lantas, sudahkah seluruh elemen bangsa memahami dan berkomitmen untuk mewujudkan target-target tersebut? Berikut ini adalah pemaparan tentang lima sasaran utama tersebut.
- Pendapatan per Kapita Setara Negara Maju
Salah satu indikator utama yang menjadi sasaran Indonesia Maju adalah peningkatan pendapatan per kapita yang diproyeksikan mencapai USD 23.000–30.300. Target ini bertujuan agar Indonesia bisa berada di peringkat kelima dunia dalam hal pendapatan per kapita. Selain itu, kontribusi sektor maritim dan industri pengolahan juga ditargetkan masing-masing sebesar 15% dan 28% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika kita bercita-cita untuk menjadi negara maju, pendapatan masyarakat yang merata serta peran sektor-sektor ekonomi strategis sangat penting. Namun, apakah seluruh elemen bangsa, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat, memahami kontribusi mereka terhadap pencapaian sasaran ini? Sudahkah mereka menyelaraskan kebijakan dan program-program jangka menengah untuk mewujudkannya? Sebagai perbandingan, pendapatan per kapita Indonesia saat ini (2023) adalah sekitar USD 4.919,70, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
- Kemiskinan Menurun dan Ketimpangan Berkurang
Kemiskinan dan ketimpangan adalah masalah mendasar yang harus diatasi dalam perjalanan menuju Indonesia Emas. Pemerintah menargetkan tingkat kemiskinan berada pada kisaran 0,5–0,8%, sementara rasio Gini diharapkan dapat turun menjadi 0,29–0,32. Sementara itu, kontribusi PDRB Kawasan Timur Indonesia (KTI) diharapkan meningkat menjadi 28,5%. Pengurangan kemiskinan dan ketimpangan tidak hanya membutuhkan kebijakan yang tepat, tetapi juga kehadiran seluruh elemen bangsa yang berkomitmen untuk mencapainya. Namun, tantangan terbesar adalah apakah masyarakat kita sudah sepenuhnya memahami pentingnya kesejahteraan yang merata, atau malah terlalu terfokus pada masalah sosial politik yang tak kunjung selesai?
- Kepemimpinan dan Pengaruh di Dunia Internasional Meningkat
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin global. Dalam sasaran ketiga, Indonesia ditargetkan masuk dalam 15 besar Global Power Index, yang mengindikasikan meningkatnya pengaruh negara di kancah internasional. Peningkatan peran diplomasi, serta keterlibatan dalam organisasi internasional, menjadi langkah penting yang harus ditempuh. Hal ini membutuhkan pemahaman dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk sektor pendidikan dan diplomasi, untuk menciptakan citra yang lebih kuat bagi Indonesia di mata dunia. Namun, apakah kita sudah siap dengan tantangan global yang semakin kompleks, atau malah sibuk menghadapi perdebatan domestik yang tidak produktif? Sebagai perbandingan posisi GPI Indonesia saat ini masih yang ke-34 Pada tahun 2023.
- Daya Saing Sumber Daya Manusia Meningkat
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas adalah kunci utama dalam menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, sasaran keempat adalah meningkatkan daya saing SDM Indonesia, melalui pendidikan, pelatihan, dan pengembangan teknologi, inovasi, serta kreativitas. Target untuk Indeks Modal Manusia (Human Capital Index) adalah 0,73. Ini bukanlah angka yang mudah dicapai, tetapi sangat mungkin jika kita mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan yang lebih merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat, sektor pendidikan, dan dunia usaha memiliki peran besar dalam mencapainya. Namun, apakah kita telah fokus pada pembangunan kualitas SDM secara merata di seluruh daerah, atau masih terjebak dalam masalah yang tidak mendasar? Sebagai perbandingan bahwa angka HCI Indonesia saat ini masih pada posisi 0.57.
- Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca Menurun Menuju Net Zero Emission
Masalah perubahan iklim menjadi perhatian global, dan Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam hal ini. Sasaran terakhir adalah penurunan intensitas emisi gas rumah kaca mencapai 93,5% menuju Net Zero Emission, dengan indeks kualitas lingkungan hidup yang meningkat menjadi 83,0%. Program ini mencakup berbagai sektor, dari industri hingga gaya hidup masyarakat. Pencapaian ini tidak hanya mengharuskan pemerintah untuk mengambil langkah tegas, tetapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa dalam merubah pola pikir dan kebiasaan, baik dalam konsumsi energi, pengelolaan sampah, dan banyak lagi. Sudahkah masyarakat kita sepenuhnya menyadari pentingnya keberlanjutan lingkungan, atau apakah kita masih terlalu terfokus pada isu-isu sektoral yang bersifat jangka pendek? Sebagai perbandingan, laju penurunan intensitas emisi Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Menurut analisis dari PwC, penurunan intensitas emisi pada tahun 2023 hanya sebesar 1,02%, yang merupakan penurunan terendah sejak 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya dekarbonisasi Indonesia belum cukup cepat untuk mencapai target pengurangan emisi yang ambisius.
Kesimpulan
Dengan target-target ambisius yang tertuang dalam UU No. 59 Tahun 2024, perjalanan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 akan sangat bergantung pada pemahaman dan peran aktif seluruh elemen bangsa. Pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan dunia pendidikan perlu bersatu dalam mewujudkan visi ini. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah apakah seluruh elemen bangsa sudah cukup memahami dan menyelaraskan tujuan jangka panjang ini, ataukah masih terjebak dalam permasalahan sosial politik yang tidak berujung? Sudah saatnya kita menyadari bahwa keberhasilan Indonesia Emas hanya dapat terwujud jika kita semua bersatu, berdaulat dan bekerja keras untuk kesejahteraan rakyat mencapai tujuan bersama, yaitu Indonesia Maju.
Tangerang Selatan, 18 Agustus 2025