Review Buku Writing Innovation karya Indari Mastuti
Pernahkah Anda merasa ide menulis itu banyak, tapi begitu ingin menuangkannya ke kertas, semuanya mendadak hilang? Atau mungkin sudah menulis, tapi rasanya tulisan itu sama saja, tidak ada yang istimewa? Nah, di titik inilah buku Writing Innovation karya Indari Mastuti hadir seperti seorang mentor yang duduk di samping kita, menyapa dengan hangat, lalu berbisik, “Menulis itu bukan sekadar menuangkan kata, tapi juga bagaimana kita berani berinovasi.”
Membaca buku ini rasanya seperti sedang mengikuti kelas privat menulis yang penuh semangat. Indari Mastuti, seorang penulis produktif sekaligus penggerak komunitas menulis perempuan, tidak hanya membagikan tips teknis, tetapi juga membuka cara pandang baru: bahwa menulis bukan hanya soal gaya bahasa, melainkan tentang keberanian untuk memberi nilai tambah pada tulisan.
Sejak halaman pertama, kita diajak memahami bahwa dunia kepenulisan bukanlah dunia statis. Ada pembaca dengan selera yang terus berubah, ada platform yang berkembang cepat, ada pula tren yang bergulir dari waktu ke waktu. Kalau penulis hanya menulis dengan cara lama, ia akan tertinggal. Di sinilah kata kunci innovation menjadi penting: bagaimana tulisan bisa relevan, segar, dan bermanfaat.
Indari tidak menulis dengan gaya menggurui. Ia bercerita. Ia mengisahkan perjalanan panjangnya bergelut dengan tulisan, jatuh-bangun dalam dunia penerbitan, hingga membangun jaringan penulis yang produktif. Dari kisah-kisah itulah pembaca merasakan bahwa menulis bukanlah hal instan, tetapi bisa dilatih dengan konsistensi dan keberanian mencoba hal baru.
Salah satu bagian yang menarik adalah ketika ia menekankan pentingnya menulis dengan personal branding. Tulisan bukan hanya produk, melainkan cermin diri penulis. Dengan begitu, pembaca bukan hanya membaca isi tulisan, tetapi juga merasakan “suara” yang khas dari sang penulis. Seperti yang ditulis Indari: “Tulisan Anda adalah wajah Anda. Maka pastikan ia memantulkan siapa diri Anda sebenarnya.”
Lebih dari itu, buku ini juga memberi strategi praktis. Misalnya, bagaimana memanfaatkan media sosial sebagai laboratorium ide, bagaimana menyusun konten yang sesuai dengan kebutuhan pembaca, serta bagaimana seorang penulis bisa mengembangkan tulisan menjadi produk yang bernilai ekonomi. Semua disampaikan dengan bahasa sederhana, penuh contoh nyata, dan dekat dengan keseharian.
Mungkin inilah yang membuat Writing Innovation terasa istimewa: buku ini bukan hanya bicara tentang menulis, tapi juga tentang keberanian untuk berkreasi. Seperti pesan yang berulang kali ditegaskan Indari, “Inovasi tidak selalu lahir dari sesuatu yang besar. Kadang ia bermula dari keberanian kecil untuk berbeda.”
Membaca buku ini membuat kita sadar bahwa menulis bukan sekadar keterampilan, melainkan sebuah perjalanan menemukan diri sendiri. Ada rasa lega, ada semangat baru, dan ada dorongan untuk segera mengambil pena atau membuka laptop, lalu mulai menulis dengan cara kita sendiri.
Bagi siapa pun yang ingin menulis lebih berani, lebih segar, dan lebih bermanfaat, Writing Innovation adalah teman perjalanan yang pas. Ia mengajarkan bahwa inovasi bukan monopoli teknologi atau bisnis saja, dalam dunia kepenulisan pun, inovasi adalah kunci agar tulisan tidak lekang oleh waktu.
