Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal yang kita lakukan tanpa menyadari nilai ibadah yang terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah menulis. Aktivitas ini sering kita anggap biasa, sekadar menuangkan ide, mengekspresikan perasaan, atau membagikan informasi. Namun, tahukah Anda bahwa menulis sesuatu yang baik, jika diniatkan dengan benar, bisa bernilai ibadah? Bahkan lebih dari itu, tulisan yang bermanfaat dapat menjadi amal jariyah, pahala yang terus mengalir meskipun penulisnya sudah tiada.
Menulis dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sangat memuliakan ilmu. Kata pertama yang Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah “Iqra” (Bacalah), yang menjadi tanda betapa pentingnya membaca dan menulis dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan menulis, ilmu dapat diwariskan lintas generasi, menjadi penerang dalam kegelapan, dan menghapus kebodohan.
Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).
Artinya, jika sebuah tulisan mengajak kepada kebaikan, penulisnya akan mendapatkan pahala setiap kali orang mengamalkan isi tulisan itu. Inilah mengapa menulis bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga sebuah ladang amal.
Niat yang Meluruskan, Tulisan yang Menyelamatkan
Setiap amal bergantung pada niatnya. Begitu pula dalam menulis. Jika tujuan menulis hanya untuk popularitas, keuntungan materi, atau pujian, maka nilainya sebatas dunia. Tetapi jika kita menulis dengan niat untuk menyebarkan kebaikan, mengingatkan manusia akan Allah, atau menanamkan nilai moral, maka setiap huruf yang kita tulis menjadi saksi ibadah kita di hadapan Allah.
Bayangkan, ketika kita menulis artikel tentang kesabaran, lalu seseorang yang sedang putus asa membacanya dan bangkit kembali, kita ikut mendapatkan pahala dari setiap langkahnya menuju kebaikan. Bahkan ketika kita sudah tidak lagi hidup di dunia, tulisan itu tetap membawa pahala bagi kita.
Tulisan sebagai Amal Jariyah
Konsep amal jariyah sangat erat kaitannya dengan menulis. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Menulis yang bermanfaat termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat. Selama tulisan kita masih dibaca, dipahami, dan diamalkan orang lain, pahala akan terus mengalir. Sebuah buku, artikel, atau bahkan catatan sederhana yang berisi nasihat baik bisa menjadi tabungan pahala tak terbatas.
Menghadirkan Kebaikan Lewat Tulisan
Tidak semua orang mampu berdiri di mimbar untuk berdakwah. Tidak semua orang mampu menyampaikan kebaikan secara lisan. Tetapi setiap orang yang bisa menulis memiliki peluang yang sama untuk menebar manfaat.
Menulis tentang keindahan akhlak, pentingnya menjaga lisan, atau hikmah bersyukur adalah contoh sederhana yang bisa dilakukan. Bahkan menulis pengalaman hidup yang menginspirasi pun bisa menjadi sarana dakwah yang halus. Selama isi tulisan kita mengandung nilai kebaikan, maka ia menjadi ibadah.
Namun, sebaliknya, jika tulisan kita mengandung fitnah, kebohongan, atau mengajak kepada kemaksiatan, maka dosa pun akan terus mengalir. Maka berhati-hatilah. Sebagaimana pena bisa menjadi ladang pahala, ia juga bisa menjadi sebab azab jika disalahgunakan.
Tips Menulis yang Bernilai Ibadah
Agar menulis kita benar-benar bernilai ibadah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Luruskan niat – Tulis karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau terkenal.
- Pastikan kebenaran isi tulisan – Jangan menulis informasi tanpa validasi, apalagi berita bohong.
- Gunakan bahasa yang baik – Hindari kata-kata yang menyakiti atau mengundang kebencian.
- Fokus pada manfaat – Tulisan kita sebaiknya membawa pembaca pada pemahaman yang lebih baik, menenangkan, dan menginspirasi kebaikan.
- Sebarkan dengan bijak – Setelah menulis, bagikan melalui media yang tepat agar pesan kebaikan menjangkau banyak orang.
Menulis sebagai Bekal Akhirat
Hidup di dunia ini hanya sementara, tetapi tulisan yang baik bisa hidup selamanya. Bahkan setelah kita tiada, jejak kebaikan dalam bentuk tulisan akan terus berbicara, mengalirkan pahala, dan menjadi bekal ketika kita berdiri di hadapan Allah.
Maka jangan pernah meremehkan sebuah kata yang ditulis dengan niat tulus. Bisa jadi satu kalimat yang kita tulis menyelamatkan hati yang sedang gundah, mengembalikan seseorang ke jalan kebaikan, atau menginspirasi lahirnya generasi saleh.
Sebagaimana pepatah mengatakan, “Tinta para ulama lebih mulia daripada darah para syuhada.” Karena dari tulisanlah lahir peradaban, dan dari kata-kata yang baik mengalir pahala yang tak terhitung.
Jadi, mulai hari ini, mari jadikan menulis sebagai ibadah. Gunakan pena dan jari kita untuk menulis yang membawa manfaat, bukan mudarat. Karena menulis yang baik bukan sekadar karya, tetapi sebuah amal saleh yang tak lekang oleh waktu, bahkan bisa menjadi teman setia kita menuju surga.
Bandung, 18 Juli 2025