17.6 C
New York
Selasa, Agustus 19, 2025

Buy now

spot_img

Fenomena Overwhelmed pada Gen Z

Infoindscript.com – Kediri, 12 Juli 2025

Generasi Z, mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang akrab dengan dunia digital sejak dini. Namun, kemudahan teknologi dan keterbukaan informasi ternyata tak selalu membawa kenyamanan. Justru di tengah segala akses dan peluang yang ada, muncul fenomena yang kian mencemaskan: overwhelmed, perasaan kewalahan yang begitu dalam, kompleks, dan menyakitkan.

Banyak Gen Z merasakan tekanan dari berbagai arah, pendidikan, sosial media, keluarga, bahkan dari dalam diri sendiri. Fenomena overwhelmed tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan mental, hubungan sosial, dan tujuan hidup secara keseluruhan.

 

Apa Itu Overwhelmed?

Overwhelmed adalah kondisi saat seseorang merasa tidak mampu menghadapi beban pikiran dan tuntutan yang datang bersamaan. Ini bukan sekadar kelelahan biasa, melainkan kondisi psikis yang melelahkan karena terlalu banyak hal yang harus diproses dalam waktu bersamaan.

Pada Gen Z, overwhelmed sering kali ditandai dengan:

  • Perasaan cemas berlebihan tanpa alasan jelas
  • Sulit fokus dan mudah lelah secara mental
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Kerap merasa gagal dan tidak cukup baik
  • Emosi yang naik turun tak menentu

 

Penyebab Umum Overwhelmed pada Gen Z

Berikut ini beberapa penyebab umum overwhelmed:

1. Tekanan Sosial Media dan Budaya Perbandingan
Media sosial menciptakan dunia ilusi yang terlihat sempurna. Foto-foto kesuksesan, pencapaian akademik, atau gaya hidup mewah membuat banyak anak muda merasa tertinggal dan tidak berharga. Perbandingan yang terus-menerus inilah yang memicu tekanan batin mendalam.

2. Tuntutan Pendidikan dan Karier yang Tinggi
Standar keberhasilan yang ditanamkan sejak kecil, ditambah kompetisi ketat di dunia akademik dan kerja, menjadikan Gen Z merasa harus selalu tampil sempurna. Ketakutan akan kegagalan sering menumpuk dan meledak dalam bentuk rasa overwhelmed.

3. Keterbatasan Ruang Aman untuk Bercerita
Meski Gen Z dikenal vokal dan ekspresif, bukan berarti mereka punya tempat yang aman untuk benar-benar didengar. Banyak dari mereka menyimpan keresahan, karena takut dianggap lemah, takut diabaikan, atau tak tahu harus berbagi kepada siapa.

4. Terlalu Banyak Pilihan, Terlalu Sedikit Kejelasan
Dunia digital membuka banyak peluang, tetapi juga menciptakan kebingungan. Ketika segalanya mungkin, Gen Z justru sering merasa kehilangan arah. Mereka bingung memilih jalan hidup yang benar-benar bermakna untuk mereka sendiri.

 

Cara Mengatasi Overwhelmed pada Gen Z

Berikut ini beberapa cara mengatasi overwhelmed:

1. Sadari dan Akui Perasaan Diri Sendiri
Langkah awal adalah mengakui bahwa kita sedang kewalahan. Mengabaikan atau memendamnya justru akan memperburuk keadaan. Tak apa merasa lelah, tak apa merasa bingung, yang penting adalah bagaimana meresponsnya dengan bijak.

2. Kurangi Konsumsi Informasi Berlebihan
Terlalu banyak berita, tren, atau cerita hidup orang lain justru bisa memicu kecemasan. Luangkan waktu untuk detoks digital, membatasi penggunaan media sosial, dan kembali ke hal-hal yang menenangkan.

3. Buat Jadwal yang Realistis dan Fleksibel
Jangan memaksa diri menyelesaikan semua hal sekaligus. Buat prioritas, lakukan satu per satu, beri ruang jeda, dan beri penghargaan pada diri sendiri atas pencapaian sekecil apa pun.

4. Cari Dukungan Sosial yang Sehat
Temukan teman, mentor, atau komunitas yang bisa menjadi tempat berbagi secara aman. Kadang, hanya dengan didengar tanpa dihakimi, beban kita bisa berkurang setengahnya.

5. Berlatih Mindfulness dan Refleksi Diri
Luangkan waktu untuk hening, bermeditasi, atau menulis jurnal harian. Ini membantu menata ulang pikiran yang kacau dan memahami emosi yang sedang dialami.

Penutup

Fenomena overwhelmed pada Gen Z bukan hal yang bisa dianggap sepele. Di balik ekspresi aktif mereka di dunia maya, ada banyak cerita yang tak terdengar. Kita perlu membuka ruang untuk mendengarkan, memvalidasi, dan membantu mereka membangun ketangguhan emosional dengan cara yang sehat.

Mengakui rasa lelah bukan kelemahan. Itu adalah awal dari pemulihan. Karena pada akhirnya, yang dibutuhkan bukan dunia yang lebih pelan, tapi hati yang lebih kuat untuk menjalaninya.***

 

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles