Infoindscript.com – Kediri, 9 Juli 2025
Dalam kehidupan sosial, banyak orang berusaha keras agar disukai oleh lingkungan sekitarnya. Namun, ketika upaya untuk menyenangkan orang lain dilakukan dengan mengorbankan perasaan, kebutuhan, bahkan prinsip diri sendiri, seseorang bisa saja terjebak dalam pola perilaku yang disebut sebagai people pleaser. Ini bukan sekadar bersikap baik atau ramah, tetapi lebih dari itu, menempatkan orang lain di atas segalanya, bahkan melebihi batas sehat.
Apa Itu People Pleaser?
Seorang people pleaser biasanya merasa sulit mengatakan “tidak” kepada orang lain karena takut dianggap buruk, merasa tidak enak, atau ingin terus diterima. Akibatnya, ia sering menekan keinginannya sendiri demi membuat orang lain senang, meskipun dirinya tidak nyaman atau bahkan dirugikan.
Tanda-Tanda People Pleaser
Jika Anda sering merasa tidak enak menolak atau takut tidak disukai orang lain, bisa jadi Anda termasuk dalam kategori ini.
1. Selalu merasa bersalah ketika menolak permintaan orang lain
Anda sering mengiyakan permintaan teman, atasan, bahkan orang asing, hanya karena merasa tidak enak jika menolak. Meskipun tahu bahwa Anda tidak punya waktu, tenaga, atau kapasitas, Anda tetap mengatakan “ya” agar tidak mengecewakan orang lain.
2. Lebih mengutamakan kenyamanan orang lain daripada diri sendiri
Dalam banyak situasi, Anda akan menomorduakan kebutuhan sendiri. Ketika orang lain meminta bantuan, Anda rela menunda atau mengabaikan tugas dan kebutuhan pribadi hanya agar bisa membantu, walau dampaknya merugikan diri sendiri.
3. Menghindari konflik dengan cara mengiyakan semua hal
Anda takut menimbulkan ketegangan atau konfrontasi, sehingga lebih memilih mengalah. Bahkan ketika berbeda pendapat, Anda lebih memilih diam atau menyetujui sesuatu yang sebenarnya tidak Anda setujui, demi menjaga hubungan.
4. Butuh validasi dan takut penolakan
Penerimaan dari orang lain menjadi sangat penting bagi Anda. Anda merasa tenang ketika dipuji dan merasa cemas berlebihan jika ada yang kecewa atau tidak menyukai Anda. Dalam jangka panjang, hal ini membuat Anda bergantung pada penilaian eksternal untuk merasa berharga.
5. Mudah dimanfaatkan karena terlalu baik
Karena Anda selalu bersedia membantu tanpa pamrih dan jarang berkata “tidak”, orang-orang tertentu bisa memanfaatkan kebaikan Anda. Mereka tahu Anda akan berkata “iya”, bahkan ketika mereka tahu Anda sedang tidak sanggup.
Mengapa Perilaku Ini Berbahaya?
Terlalu sering mengalah dan menyenangkan orang lain bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental dan pertumbuhan pribadi.
1. Kelelahan emosional dan mental
Terus-menerus menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain membuat Anda rentan stres, kelelahan, dan kehilangan energi. Anda merasa “kosong” karena terlalu banyak memberi tanpa mengisi diri sendiri.
2. Kehilangan jati diri
Ketika terlalu sering mengutamakan orang lain, Anda bisa kehilangan arah dan tidak tahu lagi apa yang sebenarnya Anda inginkan. Identitas Anda dibentuk berdasarkan harapan orang lain, bukan nilai-nilai yang Anda yakini.
3. Relasi tidak sehat
Hubungan yang dibangun atas dasar ketakutan dan keterpaksaan tidaklah sehat. Orang-orang mungkin akan memperlakukan Anda dengan kurang hormat karena Anda tidak menunjukkan batas yang tegas. Relasi yang seperti ini bisa menguras emosi dan membuat Anda merasa dimanfaatkan.
4. Rasa percaya diri melemah
Anda cenderung meragukan kemampuan sendiri karena tidak pernah memprioritaskan suara hati. Semakin sering Anda mengabaikan kebutuhan pribadi, semakin kecil rasa percaya terhadap diri sendiri.
5. Menghambat pertumbuhan pribadi
Ketika Anda hanya fokus pada orang lain, Anda kehilangan waktu dan energi untuk mengejar hal-hal yang penting untuk perkembangan diri. Karier, pendidikan, bahkan mimpi pribadi bisa tertunda karena terlalu sibuk menyenangkan semua orang.
Langkah untuk Keluar dari Jerat People Pleaser
Perubahan bisa dimulai dengan langkah-langkah sederhana dan kesadaran akan pentingnya mencintai diri sendiri.
1. Kenali dan akui pola perilaku ini
Kesadaran adalah langkah awal. Sadari bahwa Anda tidak harus menyenangkan semua orang, dan menolak bukanlah tindakan buruk.
2. Belajar berkata “tidak” dengan cara yang tepat
Mulailah dari hal kecil. Ucapkan “maaf, saya tidak bisa” dengan nada sopan. Lama kelamaan, kemampuan ini akan terasa lebih mudah dan alami.
3. Tetapkan batasan yang sehat dalam hubungan
Tidak semua hal harus Anda terima atau lakukan. Pelajari cara menjaga jarak yang sehat dengan orang-orang yang terlalu menuntut.
4. Fokus pada nilai dan tujuan hidup
Luangkan waktu untuk menanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya Anda inginkan? Apa nilai-nilai yang ingin Anda pegang? Dengan begitu, Anda bisa membuat keputusan berdasarkan kesadaran, bukan tekanan.
5. Bangun lingkungan yang suportif
Cari teman, komunitas, atau mentor yang menghargai Anda sebagai diri sendiri. Lingkungan yang sehat akan membantu Anda tumbuh, bukan terus menekan Anda menjadi seseorang yang bukan diri Anda.
Penutup
Menjadi orang baik bukan berarti harus selalu menyenangkan semua orang. Ada kalanya kita perlu mengatakan “tidak” agar bisa berkata “ya” pada diri sendiri. Kemerdekaan dalam berpikir dan bertindak dimulai ketika Anda mulai mencintai diri, mendengar suara hati, dan menetapkan batasan yang sehat. People pleaser bukan takdir. Anda bisa berubah, mulai hari ini.***