Pertemuan saya dengan Pak Willy tidak dimulai dari meja diskusi atau pertemuan formal.
Semuanya bermula dari iklan. Beliau kemudian mengikuti kelas Zoom, masuk ke kelas menulis premium, dan dari sanalah buku solo pertamanya ditakdirkan lahir melalui Indscript.
Sejak awal, saya melihat sesuatu yang berbeda dari sosok Pak Willy. Dengan seribu pintu kamar kos yang sudah dikelola, beliau bukan hanya pengusaha properti—beliau adalah tokoh hospitality yang punya visi panjang.
Dan seiring perjalanan, saya banyak belajar dari beliau. Tentang manajemen properti, tentang strategi okupansi, tentang bagaimana mengelola bisnis kos bukan hanya sebagai usaha, tetapi sebagai ekosistem.
Waktu berjalan, diskusi menjadi rutin, ide-ide kami saling bertaut, dan hubungan kami menguat.
Akhirnya saya pun menjadi strategic partner untuk ekspansi bisnis kost-an beliau di area Bandung. Kami berbagi koneksi, berbagi strategi, dan tumbuh bersama dalam banyak proyek.
Lalu, satu momentum besar terjadi. Perusahaan beliau, Abdi Home, resmi menjadi klien Ammar Kaayu. MasyaAllah—Ammar Kaayu diberikan amanah untuk meng-handle puluhan kamar kost. Itu bukan hanya proyek, tetapi kepercayaan yang sangat besar.
Hari ini kami kembali bertemu. Saya mempresentasikan konsep buku terbaru beliau—buku yang bukan sekadar buku, tetapi black card yang akan membuka jalan menuju target besar: 3.000 kamar kos.
Target ini ambisius, tetapi sangat mungkin dicapai karena buku adalah wajah seorang pengusaha. Buku berbicara ketika kita tidak hadir. Buku membuka pintu percakapan dengan calon mitra. Buku mengubah perkenalan menjadi kepercayaan.
Dan…. buku inilah yang akan membawa nama Pak Willy sebagai pengusaha hospitality yang bukan hanya membangun kamar kos—tetapi membangun passive income ecosystem bagi masyarakat.
Perjalanan ini baru dimulai dan saya bersyukur menjadi bagian dari Abdi Home.
