11.1 C
New York
Jumat, Oktober 10, 2025

Buy now

spot_img

Mengenal Sejarah dan Filosofi Onde-onde yang Tersembunyi dalam kue Tradisional

Infoindscript.com – Rangkasbitung, 27 Agustus 2025

Selain menjadi cemilan onde-onde merupakan lambang keberuntungan dan keselamatan. Bentuknya bulat rasanya gurih dan kenyal, siapa yang tidak tahu cemilan yang bernama onde-onde? Sejarah onde-onde serta filosofi dibalik lezatnya makanan tradisional dan murah meriah ini. Kue yang berbalut biji wijen ini merupakan jajanan pasar. Kue ini tidak hanya menggugah selera, tetapi mengandung simbol-simbol penting yang merepresentasikan nilai-nilai dalam kehidupan.

Sejarah Munculnya Kue Onde-onde

Jajanan pasar ini aslinya bukan dari Indonesia. Kue ini berusia ratusan tahun, ini pertama kali dikenalkan pada tahun 1045-256 SM. Tepatnya di era Dinasti Zhou, China. Jika di masa lalu kebanyakan makanan yang hanya diperuntukkan bagi kalangan atas, beda dengan onde-onde yang justru sengaja dibuat dan dinikmati oleh para kuli bangunan. Kemunculan kue ini dengan rasa nutty di Indonesia, rupanya dibawa oleh rombongan Cheng Ho pada era Dinasti Ming. Onde-onde adalah salah satu makanan istimewa di Istana Kekaisaran Chang’an dengan nama Ludeui. Adapun masyarakat Tiongkok Utara dan daerah lainnya, menyebut onde-onde dengan Matuan, Ma Yuan, atau Jen Dai.

Resep Onde – onde Kacang Hijau

Bahan kulit:

  • 250 gram tepung ketan hitam
  • 200 miligram air hangat (tuangkan sedikit-sedikit)
  • 200 gram tepung beras
  • 100 gram kentang dikukus, lalu dihaluskan
  • 50 gram gula pasir
  • 1/4 sendok teh garam
  • 100 gram wijen
  • air secukupnya

Bahan isian:

  • 150 gram kacang hijau kupas (tanpa kulit), rendam dalam air 1-2 jam
  • 200 miligram santan encer
  • 1 lembar daun pandan, di sobek-sobek
  • 100 gram gula pasir
  • 1/4 sendok teh garam
  • vanili secukupnya

Cara pembuatan:

  1. Kukus kacang hijau yang sudah direndam sampai empuk, sekitar 30 menit.
  2. Blender dengan sebagian santan, masak kacang hijau yang sudah dihaluskan dengan santan, garam, gula pasir, daun pandan sambil diaduk hingga kalis.
  3. Memasukan vanili bubuk, aduk rata, sisihkan sampai hangat lalu bulatkan. Ukuran sesuai selera.
  4. Campur semua bahan kering, lalu aduk rata.
  5. Tuang air secara bertahap, sambil diaduk adonan (atau uleni dengan tangan secara perlahan)
  6. Bagikan adonan kulit sebanyak bulatan isi onde-onde. Pipihkan lalu beri isian dan bulatkan, selanjutnya celup ke dalam air, gulingkan ke wijen dan padatkan. Lakukan sampai adonan habis.
  7. Panaskan minyak dengan api kecil, masukkan onde-onde saat minyak belum panas. Biarkan onde-onde sampai gelembung dan mengapung, lalu goreng sambil diaduk perlahan agar onde-onde mengembang.
  8. Api kompor bisa dibesarkan sedikit, goreng sampai onde-onde kokoh hingga berwarna kekuningan.

Proses Masuk ke Nusantara

Proses kue ini ke Nusantara yaitu berkat para saudagar China, yang sering mendaratkan kapalnya di pesisir utara Jawa, tepatnya di wilayah Majapahit. Mereka mencoba membeli kue tersebut, dan tidak disangka untuk disukai masyarakat Indonesia hingga kudapan tersebut populer hingga saat ini. Saking disukai oleh masyarakat Indonesia, bahkan ada salah satu toko yang menjual onde-onde di Mojokerto yang sudah berdiri sejak tahun 1929.

Filosofi Onde – onde

Sebelum memahami filosofi onde-onde, penting juga untuk mengetahui asal-usul dari kue tersebut. Onde-onde ini berasal dari Tiongkok, kue ini awalnya dikenal sebagai “tangyuan” dan menjadi populer sebagai makanan resmi di daerah Changan. Cemilan ini terbuat dari tepung ketan yang berbentuk bulat dan berwarna kuning. Hal ini melambangkan keberuntungan, serta harapan untuk kehidupan lebih baik ke depannya. Onde-onde diadaptasi oleh masyarakat Indonesia dan menjadi bagian dari kuliner lokal. Kemudian filosofi onde-onde ini terletak pada bentuk dan isi kue tersebut.

1. Melambangkan Persatuan

Kue onde-onde yang berbentuk bulat melambangkan persatuan. Dalam tradisi, simbol ini menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan dan harmonis antara individu.

2. Simbol Keberuntungan

Dalam pandangan masyarakat Tionghoa, kue onde-onde dianggap sebagai simbol keberuntungan. Warna kekuningan dan bentuk yang bulat diyakini membawa hoki. Kepercayaan ini mengaitkan onde-onde dengan keberuntungan dalam kehidupan. Terutama saat perayaan Tahun Baru Imlek, permukaan onde-onde yang ditutupi biji wijen menjadi lambang harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Biji wijen melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Dalam konteks ini, onde-onde tidak hanya sekedar makanan, tetapi membawa harapan yang lebih besar bagi pemakannya.

3. Harapan dan Nikmat

Onde-onde menyimpan harapan akan kekuatan dan kenikmatan. Rasanya manis dan kenyal yang ditawarkan oleh kue ini diharapkan dapat memberikan kebahagiaan, dan kesenangan bagi siapa saja yang menikmatinya. Hal tersebut menjadikan onde-onde sebagai pilihan yang populer dalam berbagai perayaan.

Penutup:

Onde-onde berasal dari Tiongkok dan masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang Tionghoa. Bentuknya yang bulat melambangkan persatuan, keharmonisan, dan kebahagiaan. Sedangkan prosesnya mengapung melambangkan harapan atas rezeki dan pencapaian, kue ini menjadi bagian tradisi dan kuliner Indonesia. Dengan modifikasi isi dari pasta kacang hijau yang gurih, filosofi onde-onde mengajarkan tentang pentingnya persatuan, harapan, dan keberuntungan. Kue ini bukan sekedar makanan, tetapi memberikan nilai-nilai luhur yang diwariskan ke generasi selanjutnya. Onde-onde berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan budaya, dan tradisi yang mengikat masyarakat.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles