Review Buku Antologi: “Pensiun Bukan Akhir Segalanya, Vol. 2”
Karya: Indari Mastuti, Muljono, M.Ak., M.H., CFP®, Jupiter Pane, Lela S. Permana, Dr. Ulfa Maria, Arie Widowati, Sujoko, Sri Wuryastuti, Nurfi Majidi, Hilzahra Pheni, Anggar B. Nuraini
(Penerbit: Indscript Creative)
Kata “pensiun” sering kali terdengar seperti akhir dari segalanya, akhir dari rutinitas, akhir dari peran sosial, bahkan (bagi sebagian orang) akhir dari rasa percaya diri. Tak jarang, masa purnabakti dibayangkan sebagai masa istirahat total, duduk santai di rumah, dan perlahan “menghilang” dari hiruk-pikuk dunia. Namun, buku Pensiun Bukan Akhir Segalanya Vol. 2 hadir untuk membalikkan semua anggapan itu.
Buku ini adalah kumpulan kisah inspiratif dari 11 orang pensiunan dengan latar belakang berbeda profesional, birokrat, akademisi, bahkan pelaku bisnis. Mereka menyampaikan cerita pribadi yang menyentuh dan membangkitkan semangat, bahwa masa pensiun justru bisa menjadi awal baru yang lebih membebaskan, lebih bermakna, dan lebih mendalam.
Kekuatan buku ini terletak pada kejujuran setiap kisahnya. Tak ada yang dibuat-buat. Tidak ada glorifikasi. Yang ada adalah cerita nyata tentang pencarian makna setelah rutinitas kerja usai. Tentang rasa takut yang berubah menjadi syukur. Tentang kehilangan peran yang berubah menjadi peluang baru.
Salah satu bagian yang menarik adalah kisah tentang seseorang yang menemukan kembali ikigai-nya di masa pensiun. Ia mengajukan pertanyaan mendalam: Apa yang saya cintai? Apa yang saya kuasai? Apa yang dibutuhkan orang lain? Dan apa yang bisa memberi nilai ekonomi? Dari sanalah ia mulai berkarya kembali, menjadi mentor UMKM, menulis buku, hingga membangun komunitas kecil yang berdampak besar.
Lain lagi dengan kisah pensiunan dari dunia sains dan teknologi yang memutuskan untuk menulis. Setelah puluhan tahun bergelut dengan angka dan riset, ia menemukan bahwa menulis adalah cara untuk terus hidup dan berbagi. Usianya tak lagi muda, namun semangatnya menyala saat menyusun artikel, buku populer, hingga terjun ke dunia digital sebagai content creator. Baginya, setiap kata yang ditulis adalah bentuk syukur dan harapan agar pengalamannya tak terkubur waktu.
Ada pula narasi inspiratif dari sosok yang menyambut pensiun sebagai peluang untuk menebar manfaat secara luas. Berbekal pengalaman panjang sebagai komunikator sains, ia mengubah gaya penyampaiannya menjadi lebih ringan dan populer. Ia menyulap pengetahuan teknis menjadi artikel yang bisa dipahami masyarakat awam, memanfaatkan media sosial, membuat infografis, bahkan podcast edukatif. Tidak cukup sampai di situ, ia aktif pula di kegiatan sosial dan keagamaan, menjalin kedekatan dengan komunitas, serta membangun hubungan hangat dengan keluarga dan cucu-cucu. Semua itu dilakukan bukan karena tuntutan, tapi karena kesadaran: hidup menjadi lebih berarti ketika kita memilih untuk berbagi.
Kisah lain tentang seorang pensiunan yang memilih untuk kembali pada cinta lamanya, dunia pendidikan. Setelah puluhan tahun berkarier, ia menyambut masa pensiun sebagai kesempatan untuk berdiri di depan kelas bukan sebagai pegawai, tapi sebagai pengajar yang berbagi pengalaman hidup. Ia juga menemukan bahwa dunia menulis mampu membebaskannya, ia menulis untuk mendampingi proses belajar, untuk menyalurkan ide, bahkan menulis lirik lagu.
Yang menarik, ia pun bergabung dalam komunitas menulis dan menjadi penggeraknya. Di masa pensiun, ia tidak hanya belajar hal baru seperti desain grafis, AI, dan public speaking, tapi juga menularkan semangatnya pada orang lain. Ia membuktikan bahwa pensiun bisa jadi masa paling kreatif, asal kita bersedia membuka diri terhadap dunia yang terus berubah.
Tema besar dari buku ini adalah pensiun bukan waktu untuk berhenti, tapi untuk tumbuh secara berbeda. Ada yang kembali kuliah demi memperdalam ilmu agama. Semua dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa hidup belum selesai dan justru sedang berada di fase paling jujur.
Yang menarik, banyak dari para penulis dalam buku ini justru merasa lebih hidup setelah pensiun. Tekanan pekerjaan sudah hilang, dan kini mereka bisa melakukan hal-hal yang selama ini tertunda. Ada yang mulai menulis puisi, menciptakan lagu, ikut pelatihan AI dan digital design, hingga membuat infografis edukatif di media sosial.
Mereka juga tak ragu untuk menantang diri: belajar hal baru, beradaptasi dengan teknologi, hingga mencoba peran yang benar-benar berbeda dari masa aktif dulu. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak mengenal usia. Yang kita butuhkan hanya satu: keberanian untuk memulai lagi.
Buku ini juga mengajak pembaca untuk menjaga keseimbangan: fisik, mental, sosial, dan spiritual. Banyak kisah yang menunjukkan bahwa menjaga tubuh tetap aktif, menjalin silaturahmi, hingga menyambung hobi yang sempat tertunda, bisa menjaga semangat tetap menyala. Bahkan, berinteraksi dengan cucu pun menjadi salah satu “resep awet muda” yang diulas hangat di beberapa bab.
Beberapa penulis menceritakan bahwa waktu yang dulu tersita untuk pekerjaan kini bisa dipakai untuk kegiatan yang lebih manusiawi: ngobrol dengan pasangan, menanam di kebun, membuat konten positif, hingga mengikuti pelatihan daring. Dan yang paling penting, menikmati hidup tanpa rasa bersalah.
Meski ditulis oleh para pensiunan, buku ini sesungguhnya tidak terbatas untuk mereka yang sudah purnabakti. Anak muda, para profesional usia matang, bahkan keluarga dari para lansia akan mendapatkan sudut pandang baru. Buku ini mengajak kita semua untuk menata ulang pandangan tentang “usia lanjut” bahwa menua bukan akhir, melainkan transisi menuju peran yang lebih otentik dan bebas.
Bagi generasi muda, buku ini menjadi alarm awal untuk mulai menyusun rencana hidup. Bahwa masa depan bukan hanya soal aset, tapi juga tentang makna, kontribusi, dan kebahagiaan yang tak dibatasi jabatan.
Pensiun Bukan Akhir Segalanya Vol. 2 adalah buku yang penuh napas kehidupan. Ia tidak menggurui, tidak pula menjual impian kosong. Buku ini menawarkan ketulusan, realitas, dan pilihan-pilihan yang bisa kita ambil agar hidup tetap layak dirayakan, bahkan saat kita tak lagi muda.
Buku ini cocok dibaca perlahan sambil menikmati teh hangat, atau diselipkan sebagai kado untuk kolega yang akan pensiun. Bahkan, bisa juga menjadi bahan diskusi keluarga, tentang rencana masa tua, tentang impian yang belum terwujud, dan tentang harapan yang belum padam. Karena sejatinya, hidup bukan diukur dari seberapa lama kita bekerja, tapi seberapa dalam kita hidup dan memberi.
📘 Buku: Pensiun Bukan Akhir Segalanya Vol. 2
🖊️ Kontributor: 11 penulis dari berbagai profesi
📖 Tebal: 150 halaman
📅 Terbit: Juli 2025
🏷️ Penerbit: Indscript Creative
🎯 Rekomendasi untuk: pensiunan, calon pensiunan, keluarga pendamping, profesional usia matang, komunitas literasi dan motivasi
📲 Tersedia melalui @indscriptcreative atau link s.id/Form_Pemesanan_Buku