20.3 C
New York
Jumat, Juni 27, 2025

Buy now

spot_img

Pentingnya Sinergitas Kecerdasan Spritual dan Intelektual Pada Pendidikan Anak Dalam Islam

Pendidikan adalah sumbernya ilmu, tanpa ilmu, seseorang bagaikan perahu di tengah-tengah lautan tanpa kemudi, yang sangat mudah terombang-ambingkan oleh ganasnya ombak dan dahsyatnya badai.

Ilmu diibaratkan sebagai  kompas kehidupan yang menuntun manusia menuju ke jalan yang benar, membedakan mana yang baik dan buruk, bahkan ilmu juga dapat meraih kebahagiaan hidup seseorang.

Pendidikan dapat membebaskan jeratan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan menuju gerbang masa depan penuh harapan yang lebih cerah.

Tokoh pendidikan Indonesia yang tidak asing lagi bernama Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan dalam dunia pendidikan “Ing Ngarso Sung tulodo Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani” (di depan harus memberi teladan, di tengah harus membangun ide dan gagasan, di belakang harus bisa memberikan dorongan).

Penekanan pada semboyan tersebut adalah ditujukan kepada pendidik, artinya jika pendidik berada di depan murid-muridnya, ia harus mampu memberi keteladanan kepada para murid baik dalam ucapan, tindakan maupun pemikiran secara baik.

Jika pendidik berada di tengah-tengah muridnya, ia harus membangun sebuah ide dan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat menuju kebaikan murid-muridnya.

Dan jika seorang pendidik berada di belakang para murid haruslah mampu memberikan motivasi dan dukungan serta dorongan kepada murid-muridnya agar para murid selalu semangat dalam mengikuti proses pembejaran dengan tekun.

Dari sinilah pendidik mempunyai peran yang sangat penting dan urgen di dalam membentuk karakter anak didik sekaligus untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri mereka.

Hal ini sesuai fungsi pendidikan yang termaktub dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Di samping itu pendidikan juga mempunyai tujuan yang sangat mulia sebagaimana lanjutan dalam pasal tersebut yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mencapai fungsi dan tujuan pendidikan tersebut setidaknya ada dua pihak yang mempunyai peran sangat penting yaitu guru atau pendidik secara formal di sekolah dan orang tua sebagai pendidik non formal di rumah atau lingkungan sekitar. Dan keduanya harus saling bergandeng tangan dan saling mendukung satu sama lainnya menuju keberhasilan masa depan anak bangsa.

Menurut penulis ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mendidik anak yaitu pendidikan yang mendorong tumbuh dan kembangnya kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual. Keduanya harus diberikan secara seimbang dan saling bersinergi tidak boleh hanya memperhatikan salah satu dan yang lain diabaikan.

Pentingkah sinergitas antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual dalam pendidikan anak, kapan dimulainya sinergitas ini kepada anak.

Untuk memudahkan pembahasan tersebut maka akan dibahas pengertian kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, dan pembagian 3 tahap masa pendidikan yaitu : pendidikan pra sekolah, pendidikan masa sekolah dan pendidikan pasca sekolah.

Pengertian

  1. Kecerdasan Spiritual,
  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah kecerdasan yang berhubungan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih umum, kecerdasan spiritual juga mengacu pada kemampuan untuk memahami makna dan tujuan hidup, serta mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menurut Wikikamus adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antarsesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Dari kedua pengertian tersebut dapatlah dipahami bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memahami kondisi tertentu yang didasarkan kepada nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai keagamaan yang terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian inilah yang akan dijadikan acuan penulis dalam pembahasan lebih lanjut.

  1. Kecerdasan Intelektual
  • Dalam laman info psikologi disebutkan, kecerdasan intelektual merupakan kemampuan intelektual, logika, rasio, dan analisis untuk menerima, menyimpan, serta mengolah informasi menjadi fakta.
  • Melansir simply psychology, kecerdasan intelektual adalah kemampuan mental untuk berpikir logis, melakukan pertimbangan, problem solving, dan membuat rencana.

Dari uraian tersebut dapat difahami bahwa kecerdasan intelektual  adalah kemampuan intelektual untuk berfifkir secara logis dalam mempertimbangkan segala sesuatu yang dihadapinya.

Untuk meningkatkan kecerdasan intelektual diperluakan stimulus yang memadahi sesuai dengan usia anak misalnya memilih sekolah yang tepat, memberikan ketrampilan membaca, menulis, berhitung, memanfaatkan teknologi, dan lain-lain yang dapat diperoleh di bangku pendidikan. Atau dengan kata lain pengembangan kecerdasan intelektual sangat erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku pendidikan anak.

Pendidikan Pra Sekolah

Dalam Islam pendidikan pra sekolah dimulai sejak kelahiran seorang anak meski belum mengerti apa-apa, sebagaiman firman Allah swt :

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Ketika bayi lahir secara fisik tidak tahu apa-apa karena panca idranya belum berfungsi akan tetapi bayi tersebut merasakan kehadiran kedua orang tua dalam dirinya, itulah rahasia Ilahi, Allah telah membekali seorang bayi dengan diberinya hidayah al fitri yaitu petunjuk suci atau dasar yang diberikan Allah kepada setiap bayi yang dilahirkan di dunia.

Sesuai dengan hadis :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya : “Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan suci tergantung kedua orang tuanya apakah akan didik secara Yahudi atau Nasrani atau Majusi.

Hadis tersebut memberikan pemahaman bahwa setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah atau suci tanpa noda sedikitpun seperti kertas putih (bandingkan dengan teori tabula rasa John Locke). Tergantung kedua orang tua apakah kertas tersebut akan ditulisi dengan tinta berwarna merah, hitam atau dengan tinta emas, semua terserah kedua orang tua.

Orang tua mempunyai peranan sangat penting untuk memberikan pendidikan anak dalam membentuk karakter anak sedini mungkin atau sebelum memasuki usia sekolah. Sementara itu naluri anak adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang dekat yang ada di sekitarnya lebih-lebih kedua orang tua yang melahirkannya.

Oleh karena itu orang tua mempunyai kewajiban menanamkan nilai-nilai luhur keimanan dan ketaqwaan serta memberikan keteladanan yang baik pada anak jangan sampai orang tua memberikan contoh-contoh yang tidak baik karena prilaku orang tua akan dengan mudah ditiru oleh anak.

Anak pada usia pra sekolah belum mempunyai filter untuk memilih antara contoh yang baik atau yang tidak baik, prilaku yang baik atau yang tidak baik, semuanya akan direkam oleh anak dan suatu saat akan dengan mudah menirunya.

Di hadapan anak, orang tua harus berhati-hati dalam berprilaku karena akan berdampak kepada prilaku anak, sedapat mungkin orang tua menjadi role model bagi anak.

Memberikan keteladanan dan contoh yang baik, prilaku sopan dan ucapan yang santun dari nilai-nilai spiritual yang bersumber dari ajaran Ilahi yang secara continue dan terus menerus diberikan oleh orang tua, akan terpatri dalam jiwa anak sehingga akan mampu mendorongan pengembangan kecerdasan spiritual bagi anak.

Hal ini merupakan upaya dalam membentuk karakteristik anak sebagai modal dasar memasuki masa depan dan pendidikan lebih lanjut. (selaras dengan UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Pendidikan Masa Sekolah

Proses selanjutnya setelah pendidikan pra sekolah adalah pedidikan masa sekolah. Ketika anak memasuki masa sekolah kewajiban orang tua tetap mengawal dan memastikan  anak mendapatkan pendidikan berkarakter baik yang diperoleh secara formal ataupun non formal.

Setidaknya ada 2 (dua) aspek yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak di masa sekolah yaitu memperhatikan pertumbuhan kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual. Kedua ini haruslah bersinergi satu dengan yang lainnya, kecerdasan spiritual cermin dari nilai-nilai keagamaan dengan segala pengamalannya, sedang kecerdasan intelektual adalah cermin dari ilmu pengetahuan dengan segala perkembangannya.

14 (empat belas) abad yang lalu Allah swt memperhatikan 2 (dua) aspek kecerdasan ini secara bersinergi, sebagaimana firman Allah dalam surat yang pertama kali turun yaitu surat Al Alaq ayat : 1-5 :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Dalam ayat tersebut, pengulangan kata iqra’ (membaca) seakan-akan Allah swt. memerintahkan agar kita membaca dan membaca lagi, membaca sebayak mungkin dan sedalam mungkin, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, mencari ilmu setinggi-tingginya agar kelak menjadi orang yang luas pengetahuannya, hanya saja harus dilandasi dengan nilai-nilai keimanan kepada Tuhan yang telah menciptakannya.

Perintah membaca atau mencari ilmu pengetahuan merupakan usaha yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan kecerdasan intelektual, sementara nilai-nilai Ilahi atau agama merupakan usaha mendorong pertumbuhan kecerdasan spiritual.

Antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektuan haruslah diperhatikan secara seimbang, tidak boleh hanya memperhatikan salah satunya. Mementingkan salah satu dari kecerdasan tersebut dan yang lain dianggap tidak penting ibarat seseorang berjalan hanya dengan satu kaki sehingga jalannya tidak sempurna atau pincang (berjalan dengan satu kaki).

Dua kecerdasan yang terpadu dalam diri seseorang akan melahirkan anak bangsa yang kuat imannya dan luas ilmunya, yang selalu menghiasi dirinya dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Pendidikan Pasca Sekolah

          Yang dimaksud dengan Pendidikan Pasca Sekolah (PPS) disini adalah peserta didik yang telah menyelesaikan sekolah menengah atas. Pendidikan pasca-sekolah menengah mencakup pendidikan lanjutan setelah lulus SMA atau menyelesaikan GED (General Educational Development) yang dipersamakan dengan menengah atas.

Ada berbagai jenis PPS menengah, termasuk perguruan tinggi, sekolah kejuruan, program pendidikan berkelanjutan, dan program keterampilan hidup. Menyelesaikan PPS menengah dapat mempersiapkan untuk berkarier meraih impian atau kemajuan sesuai peran dan bakat yang dimiliki.

Dilihat dari penjelasan tersebut di atas PPS lebih mengarah kepada mempersiapkan karier anak yang telah lulus menuju jenjang yang lebih tinggi baik di lembaga pendidikan formal atau non formal. Itu semua sebagai upaya pemenuhan pembelajaran untuk mendorong tumbuh-kembangnya kecerdasan intelektual.

Lalu apakah pada masa PPS ini anak masih perlu diberikan bekal materi-materi keagamaan. Perlu disampaikan bahwa tidak semua lembaga PPS memasukkan meteri keagamaan bahkan pada umumnya lembaga atau perguruan tinggi yang berorientasi non keagamaan atau umum tidak memberikan materi keagamaan padahal banyak sekali anak-anak kita yang masuk disitu.

Di masa PPS ini orang tua masih mempunyai peran yang sangat penting untuk mengawal  dan memastikan bahwa anak tetap menerima asupan-asupan materi keagamaan meskipun anak masuk dalam perguruan tinggi atau lembaga pendidikan umum.

Untuk memestikan anak mendapatkan pembelajaran keagamaan maka bersama itu pula orang tua dapat menitipkan atau memasukkan anak ke lembaga pendidikan keagamaan di lingkungan di mana anak tersebut bertempat tinggal, misalnya di pondok pesantren atau di tempat-tempat ustad guru ngaji dan lain lain.

Anak yang dititipkan atau dimasukkan ke lembaga keagamaan adalah untuk menyeimbangkan penguatan antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual yang diperoleh dari perguruan tinggi atau lembaga pendidikan umum.  Hal ini akan menguatkan anak untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang didasari dengan nilai-nilai agama.

Inilah diantara pribadi-pribadi yang akan mendapatkan reward dari Allah swt dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Ayat ini sangat jelas orang yang beriman dan berilmu tidak dipisahkan, artinya dua aspek keimanan dan keilmuan atau antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual sangat diperhatikan oleh Allah swt.

Kesimpulan

  1. Orang tua dan guru mempunyai peranan yang sangat penting untuk membentuk kararkter anak.
  2. Keseimbangan atau sinergitas antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual sangat penting bagi masa depan anak dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan didasari nilai-nilai luhur keagamaan yang bermuara pada akhlakul karimah atau akhlak yang mulia. (wallahu a’lam bis shawab).

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles