Alhamdulillah, walaupun sempat “valum”, keinginan saya untuk terus membuka kolaborasi—terutama dengan para guru—tidak pernah benar-benar padam.
Dan menuju tahun 2026 inilah, Allah mempertemukan saya kembali dengan Ko Denny Santoso.
Kami duduk dalam satu meja. Bukan sekadar bernostalgia, tetapi membicarakan hal-hal yang memang harus diselesaikan, sekaligus merajut kolaborasi baru yang lebih relevan dengan zaman. Saya mengenalkan tim yang akan intens menjaga irama kolaborasi ini.
Diskusinya mengalir, hangat, dan terasa sangat hidup. Mulai dari Brain Boost, bagaimana literasi dan kekuatan berpikir bisa diperkuat sejak awal, hingga gagasan bahwa buku-buku terbitan Indscript dapat menjadi “asupan awal” yang menguatkan program tersebut.
Kami juga berbincang tentang Ammar Kaayu, tentang bagaimana bisnis Maklun Furniture suami saya yang bisa membantu mengemas kantor Brain boost makin yahud, ehem…
Obrolan utama tentulah jasa penulisan buku Indscript dengan program black cardnya. Yes, di 2026 buku bukan lagi sekadar karya. Buku adalah Black Card.
Ia membuka pintu jaringan.
Ia memantapkan positioning.
Ia menjadi representasi paling utuh dari nilai, pengalaman, dan kepemimpinan seorang profesional.
Ko Denny sendiri sudah lama menjadikan buku sebagai bagian dari penguat branding-nya.
Maka ketika Indscript dan Ko Denny berjalan bersama untuk mendorong para profesional dan market B2B menulis buku, rasanya ini bukan kebetulan. Ini adalah irisan yang sejak awal memang sejalan, bahkan obrolan kami berlanjut pada rencana podcast bersama.
Tentang mengapa para profesional perlu menulis buku, bukan untuk terlihat pintar, tetapi untuk meninggalkan jejak. Untuk memastikan bahwa pengalaman hidup dan bisnis mereka tidak berhenti di kepala, tetapi menjadi warisan pemikiran.
InsyaAllah, 2026 akan menjadi tahun di mana semakin banyak profesional sadar:
menulis buku bukan pekerjaan tambahan, melainkan keputusan strategis.
Dan kolaborasi ini—pelan tapi pasti—sedang menuju ke sana.
