Setelah mengikuti MSH (Metanoiac Self Healing), hati saya bertanya, _”Apa yang bisa saya persembahkan sebagai pejuang dan penjaga agama Allah?”_ Sementara diri ini masih fakir ilmu, belum setara dengan guru-guru yang mulia, bahkan masih merangkak mencari ketenangan dalam setiap ujian kehidupan.
Namun, hidayah Allah menyapa. Saya tergerak untuk menyusun daftar, menimbang kelebihan dan kekurangan diri. Di antara karunia yang Allah anugerahkan, terbersit satu kemampuan: menulis.
Maka, saya berbisik pada diri sendiri, “Semoga inilah senjata saya. Dengan kalam ini, saya akan berjuang di jalan Allah.’_
Semangat saya meletup, kegiatan MSH terus saya ulas dari setiap sisi dan Allah terus membanjiri saya dengan ide menulisnya. Setelah ditulis saya bagikan ke sesama peserta dan dibagikan ke komunitas-komunitas yang saya dirikan, beberapa member mulai mengajukan diri untuk ikut di kelas MSH selanjutnya, Masya Allah.
Setiap nasihat, setiap hikmah dari Bu Dewi sang guru, saya abadikan dalam tulisan. Dakwah-dakwah itu saya rangkai menjadi kisah-kisah pendek dengan konsep storytelling.
Subhanallah, takdir Allah sungguh indah. Teh Nur menghubungi saya, menyampaikan amanah dari Bu Dewi yang meminta saya untuk menuliskan proposal tentang Metanoiac Self Healing.
Ya Allah, betapa terharunya hati ini. Bahkan, saya memberanikan diri menawarkan bantuan kepada Teh Nur, _”Sampaikan pada Ibu Dewi, jika ada kegiatan apapun, kirimkan saja fotonya. Biar saya yang menuliskannya.”_
Semoga dengan kemampuan menulis ini, saya bisa menjadi bagian dari perjuangan menjaga agama Allah.
Semoga tulisan-tulisan ini menjadi jalan hidayah bagi banyak jiwa, menginspirasi, dan mengingatkan mereka akan kebesaran Allah SWT.
